Aku mulai membaranikan diriku untuk menulis dan berkarya dalam seni. Mulanya aku hanya berani menulis sebuah puisi, itupun pada waktu aku masih SMA. Saat itu masih zamannya cinta monyet atau apalah namanya. Secara tidak langsung puisi yang kutulis pun bernuansa cinta. Maklumlah anak muda.
Kini usiaku telah menginjak 21 tahun, hampir mau 22 tahun. Namun aku belum bisa menghasilkan sesuatu. Darisitulah aku mulai berfikir untuk menulis sebuah karya tulis yang sekiranya dapat di nikmati oleh semua orang yang suka membaca.
Inspirasi ini aku dapatkan dari sebuah lagu yang kuciptakan, walaupun tidak bagus tapi sekiranya aku bisa menghasilkan sesuatu. Judul lagu itu keajaiban cinta, mungkin sudah ada novelnya tapi aku tidak menyontek ataupun menjiplak ilustrasi dari novel tersebut. Aku akan mencoba memberikan nuansa baru dalam cinta.
"KEAJAIBAN CINTA"
Awal Mula
Pada suatu masa, lahirlah seorang bernama Philo. Ia seorang pria yang dilahirkan didalam keluarga yang berkucupan, Tidak kekurangan dan tidak berlebihan. Dia tergolong anak yang mampu didalam lingkungan tempat tinggalnya.
Ketika usianya menginjak usia 13 tahun, Philo merasa minder karena teman-teman sebayanya sudah memiliki pacar, sedangkan dia belum mengerti apa itu pacar apalagi tentang cinta. Sungguh malang sekali nasib Philo ini.
Pencarian Jati Diri
Beberapa tahun kemudian, saat dia menginjak usia 15 tahun, Philo merasakan bahwa dirinya sudah dewasa dan dia menginginkan kedewasaan seperti pria sebayanya. Pada saat itu Philo baru merasakan suka kepada lawan jenis. Saat itu, ketika Philo baru duduk dibangku SMA, Philo merasakan sesuatu yang aneh terjadi pada dirinya. Philo mempunyai perasaan yang berbeda setiap kali bertemu dengan teman wanita didekat rumahnya. Dia merasakan selalu ingin dekat dengan wanita tersebut.
Saat Philo mulai bertanya-tanya tentang apa yang dia rasakan, saat itu pula dia mulai mencoba mendekati wanita yang disukainya. Keberanian itu timbul saat dia benar-benar tertekan oleh keadaan dan perasaan dalam jiwanya yang tak bisa dibendung.
Percobaan Cinta
Beberapa bulan Philo melakukan pendekatan akhirnya dia memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya itu pada wanita yang dia sukai. Muka memerah, jantung berdebar kencang dan mata pun tak sanggup dikedipkan oleh Philo saat menanti jawaban Luna. Luna adalah wanita yang selama ini dia sukai. Namun, Luna meminta waktu untuk memikirkan semua itu, karena mungkin wanita selalu berfikir panjang terhadap segala hal.
Akhirnya, rasa penasaran Philo yang kian menganggunya dalam mimpi-mimpi dimalam hari itu pun terjawab sudah. Luna memutuskan untuk mencoba suatu hubungan bersama Philo. Philo terdiam sunyi bagaikan lautan yang tak diterpa ombak mulai memerah paras wajahnya dan detak jantungnya mulai tak karuan. Itulah luapan emosi yang diberikan Philo melalui ekspresi wajahnya.
Waktu demi waktu bergulir, hari demi hari berganti dan terasa tak ada lagi yang menghalangi cinta mereka, dunia terasa milik berdua. Namun ada pepatah mngatakan sehebat-hebatnya rencana manusia tak bisa melawan Kuasa Yang Maha Kuasa. Philo tak menghiraukan itu, Ia terus saja menganggap bahwa Dia akan selalu bahagia bersama Luna untuk selamanya.
Patah Hati
Waktu itu pagi tak terasa sejuk, udara tak begitu mengenakan bagi Philo. Udara pagi membuat Philo merasa tak bersemangat untuk melakukan kegiatan apapun. Philo memtuskan untuk keluar sejenak mengambil nafas dan matanya terbelalak ketika melihat matahari pagi tak Nampak. Ia pun bertanya-tanya, ada apa dengan semua ini? Langit tak bisa menjawab, hanya burung-burung yang memberikan isarat padanya. Tak lama kemudian Luna memberikan sebuah surat, didalam isi surat itu berisikan amplop cantik berwarna merah. Tak disangka Luna membuat Philo hilang akal dan tak berdaya sejenak. Philo patah hati, Luna memutuskan hubungan yang sudah lama berjalan itu dengan mudahnya. Tanpa sebab, Philo pun berusaha untuk menutupi kesedihannya dengan cara tertawa kecil. Hancur, sakit dan tak ada satu patah kata pun yang bisa diucapkan Philo.
Philo menumpahkan segala perasaannya lewat secarik kertas kosong, lalu Ia tuangkan bait-bait kekesalannya dengan tangan yang sebenarnya tak mampu lagi untuk bergerak dan bibir yang tak mampu lagi berbicara, namun Philo tetap menggoreskan tinta hitamnya dengan mata berkaca dan hati yang teriris duri.
Philo coba bercerita dalam secarik kertas namun tak cukup. Ia kembali mengambil kertas lainnya dan coba kembali menulis kisah-kisahnya itu. Mungkin hanya itu yang bisa ia lakukannya saat ini. Sebuah kata yang tak berujung terus ia kembangkan dengan penuh kegelisahan.
Coba Untuk Bangkit
Beberapa puisi ia sempat tulis, namun ia tak bisa terlena dengan semua itu. Disisi lain Philo pun tak bisa membohongi dirinya sendiri, ia masih sangat mencintai Luna. Akhirnya Philo mencoba untuk kembali mendapatkan cinta Luna walaupun semua mustahil.
Beberapa usaha ia coba lakukan untuk kembali mendapatkan Luna. Dan pada suatu saat Philo memberikan kejutan dengan menciptakan Puisi Cinta untuk Luna, kemudian Ia memberikan puisi tersebut pada Luna. Luna pun terkesan dengan puisi seorang pujangga kacangan itu. Luna pun menerima kembali Philo untuk jadi kekasih hatinya. Philo pun sangat bahagia saat mendengar jawaban dari Luna.
Awal Cerita Baru
Seperti baru terlahir kembali di dunia, Philo mencoba untuk berikan kembali cinta yang tulus dengan segenap jiwa raganya. Waktu demi waktu telah dilalui bersama, Philo merasakan bahwa hubungan mereka sudah sangat mendalam. Luna pun berpikiran yang sama, kali ini Luna benar-benar tulus mencintai Philo. Sungguh bagaiakan kisah Romeo n Juliet dalam cerita. Perjalanan cinta mereka terus berjalan tanpa ada yang bisa mencegah dua insan manusia tersebut. Cinta mereka yang semakin besar dan kasih mereka yang semakin dalam telah membuat mereka sulit tuk dipisahkan.
Khilaf
Namun, apalah daya, manusia hanya bisa merencanakan sedangkan Tuhan yang memiliki kuasa dan keputusan. Wajah tegar Philo seolah menantang Kuasa Yang Maha Kuasa. Setelah sekian lama Philo menjalin hubungan bersama Luna namun akhirnya kandas juga. Dikarenakan sikap Philo yang telah melampaui batas kasih sayang yang sebenarnya. Luna pun menyesal, mereka berdua telah menghancurkan cinta putih nan suci yang mereka bina selama ini hanya dalam waktu sekejap saja. Khilaf, hanya itu kata terekhir yang bisa terucap dari bibir Philo dan hanya linangan air mata yang dapat Luna berikan pada saat itu. Kemurnian cinta telah hina karena emosi dan hawa nafsu yang tak bisa terbendung. Sungguh ironis.
BERSAMBUNG...
(mungkin sambungannya gakkan penah ada)
0 komentar:
Posting Komentar