TUGAS PENULISAN ARTIKEL MENANGGAPI NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA
Berbeda dengan Laskar Pelangi yang membuat saya menjadi bodoh, Sang Pemimpi sudah mampu membuat saya menjadi manusia rata-rata. Saya tidak bodoh dan tidak pintar dan keadaan itu cukuplah untuk membantu saya menikmati cerita dalam Sang Pemimpi dengan lebih baik. Cerita yang disuguhkan dalam Sang Pemimpi sangat manusiawi dan saya kira banyak contohnya yang terjadi di dunia nyata. Saya kira Andrea Hirata mampu menyampaikan dengan sempurna pesan bagi pembacanya untuk berani bermimpi. Sudah banyak orang yang menyampaikan bahwa pencapaian-pencapaian luar biasa yang berhasil dicatatkan oleh umat manusia berasal dari mimpi yang dibuat. Tentu kita harus memandang mimpi di sini sebagai cita-cita. Bukan mimpi yang menjadi bunga tidur kita. Andrea Hirata menyampaikan pesan untuk berani bermimpi itu dengan kemampuan bertuturnya yang apik dan dengan contoh yang sangat menggugah. Tokoh Arai yang telah menjadi yatim piatu sejak kecil justru menjadi tokoh yang mengajarkan kepada Ikal untuk terus bermimpi. Sungguh sangat membangkitkan semangat ketika Arai menasehati Ikal ketika Ikal melorot drastis rankingnya.
“Biar kau tahu, Kal, orang seperti kita tak punya apa-apa kecuali semangat dan mimpi-mimpi, dan kita akan bertempur habis-habisan demi mimpi-mimpi itu!!”. (Satu catatan saya pada kalimat itu adalah penggunaan kau dan bukan Kau. Sepanjang yang saya ingat dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, kata sapaan itu ditulis dengan huruf kapital pada huruf pertamanya. Apa sudah berubah kaidah itu?)
Sang pemimpi, membangkitkan mimpi-mimpi lamaku yang telah kupendam dengan berbagai realitas yang ada. Ternyata benar, Terkadang realitas adalah racun bagi sebuah optimisme (dikutip dari Sang Pemimpi). Aku merasa perlu membangkitkan kembali mimpi-mimpi itu. Menjadikannya bahan bakar yang siap meluncurkan roketku ke angkasa raya. Tak ada yang tak mungkin di dunia ini, Aku punya kartu “mantap” untuk itu, Aku punya Sang Tempatku berharap dan aku yakin Ia akan mengabulkannya. Aku hanya perlu dua hal, dua hal saja, Berusaha sekeras yang aku bisa, sampai aku bahkan tak sanggup lagi dan doa-doa yang akan meng-ijabah semua permohonananku. Kekuatan sebuah doa adalah “miracle” yang takkan pernah diketahui setiap orang.
Karya pertama dan kedua Andrea bagi saya bukan sepenuhnya Dwilogi. Alasannya simpel saja. Ikal yang ada pada karya pertama bukanlah Ikal yang ada pada tokoh kedua. Ikal dalam karya pertama hanya seorang tokoh yang keberadaannya tidak terlalu penting. Ada tiadanya Ikal takkan mengganggu isi cerita. Mungkin alasan tersebut bisa dipatahkan dengan argumen seperti ini. “Jika tidak ada ikal, tidak akan ada sang juru cerita yang akan mengantarkan sejarah laskar pelangi dalam sebuah memoar.” Benar. Hanya saja sang juru cerita bisa diganti orang lain.
Namun masalah yang kemudian muncul adalah karena ini memoar, sebuah kisah nyata. Jadi, Ikal tetap saja Ikal yang keberadaannya tidak bisa digantikan orang lain. Mungkin diantara kesebelas orang itu yang punya inisiatif atau obsesi menulis hanyalah seorang Ikal (Andrea Hirata Seman).
Alasan lain. Ikal dalam novel pertama tidak digambarkan berkarakteristik kuat sebagai tokoh yang menjual. Sebenarnya siapa tokoh yang ingin dimemoarkan? Tentu Ikal. Kenapa orang yang seharusnya menjadi tokoh utama seolah-olah tidak tampak. Ia tidak meresap di hati pembaca. Dalam novel itu, Ikal hanya seorang bocah yang memunyai sepuluh orang teman yang aneh-aneh. Ia seorang tokoh yang kurang mendapat simpati pembaca. Bukankah tokoh utama biasanya merebut hati pembaca?
Kemudian wajar jika pembaca Laskar Pelangi lebih mempertanyakan kondisi Lintang saat ini, atau Mahar barangkali daripada Ikal. Bukan karena keberadaan Ikal yang memang sudah diketahui. Tapi karena Lintang dan Mahar digambarkan lebih hidup daripada yang lain.
Selanjutnya, dalam sang Pemimpi, tiba-tiba Ikal ada secara penuh. Hanya dia satu-satunya tokoh dalam laskar pelangi yang diadakan kembali. “Siapa Ikal yang berani-beraninya muncul di karya Andrea yang kedua?”. Dialah tokoh utama itu. Tanpa Ikal, sang Andrea sendiri, takkan ada Laskar Pelangi, sang Pemimpi, kemudian Edensor, dan Maryamah Karpov.
Dalam karya keduanya, Andrea memunculkan karakteristik tokoh Ikal yang harus dilihat. Ikal orang yang pandai, pekerja keras, dan sedikit nakal karena keremajaannya. Ia bukan lagi orang yang ikut ke sana ke mari tidak jelas seperti yang ada dalam Laskar Pelangi. Ialah tokoh sebenarnya tokoh.
Karya kedua Andrea memang berbeda. Awalnya saya menganggap bahwa Andrea dan Laskar Pelanginya tak lebih hanya mendapat durian runtuh. Jika tidak punya Lintang, Mahar, dan sekolah mengenaskan yang bersanding dengan lingkungan elit PN Timah, ia tidak bakal seberuntung sekarang. Ia punya modal awal cerita yang menarik. Di samping itu, ia juga tiba-tiba muncul saat masyarakat mulai bosan dengan keberadaan chikleet tenleet.
Andrea dan budayanya. Ada pujian yang berlebihan pada Andrea. Ia bukan dari lingkungan sastra namun dapat membuat novel best seller. Tak hanya karya pertamanya, namun juga karya yang kedua. Berbicara mengenai best seller, banyak novelis muda Indonesia yang bukan dari lingkungan sastra tapi karyanya terjual laris manis. Sebaliknya, tidak mudah menemukan karya yang dibuat oleh kalangan sastra yang dapat diterima masyarakat luas. Best seller tidaknya karya tidak hanya ditentukan hanya dari novelnya itu sendiri. Banyak kalangan yang berjasa. Di sini bisnis pun bermain. Dengan sedikit taktik karya bisa menjadi fenomenal. Misalnya saja dengan promosi besar-besar di media, launching dengan mengundang artis, atau bisa juga mencari komentator untuk ombustment. Sedangkan dalam novel Andrea, saya lihat murni dari karya. Kelihaian bercerita menjadi kunci kesuksesannya. Kelihaian itu tak serta merta turun dari langit. Lingkungan dan budayanya sangat berpengaruh. Ia orang Belitong, berdarah Melayu. Coba tengok ke belakang. Masyarakat tentu tidak awam dengan sastrawan Melayu seperti Hamka, Marah Roesli, Muchtar Loebis, Iwan Simatupang dll. Jadi wajar jika Andrea pun seperti itu. Orang melayu terkenal pintar bercerita. “Pendidikan di Sumatra itu sangat berbeda dengan di Jawa. Guru di sana seperti seorang teman. Dia hanya bertugas memfasilitasi. Orang Sumatra yang sukses itu bisa sangat sukses Karena cara mendidiknya tadi. Contohnya saja Andrea,” kata Aulia Muhammad dalam diskusi “Membaca Geliat penyair muda” di Fakultas Sastra Undip. Ia seorang pemred suaramerdeka.com yang juga bergelut dalam dunia sastra. Sebagai seorang yang lahir di Sumatra, tentu ia tahu bagaimana sistem pendidikan di sana.
Dalam Laskar Pelangi maupun Sang Pemimpi sebenarnya juga bisa terlihat jelas bagaimana pendidikan di sana. Tak jauh beda dengan yang dikatakan Aulia, Dalam novel Sang Pemimpi, Andrea menjelaskan bagaimana cintanya ia dengan sastra. Itu tak lain karena gurunya. Sang guru mengajarkan sastra sekaligus menghipnotisnya untuk mencintai bidang itu. Ia membuat pelajaran itu penuh dengan kepesonaan. Tak hanya teori yang diajarkan tapi ia membebaskan sang murid pada imajinasi-imajinasinya sendiri. Jadi, benarkah Andrea Hirata Seman benar-benar awam dalam dunia sastra?
Ariel "Peterpan" Main di Film "Sang Pemimpi"
Banyak kejutan yang dijanjikan oleh sekuel "Laskar Pelangi", yaitu "Sang Pemimpi". Kendati belum menggulirkan reel demi reel film dalam proses shooting, "Sang Pemimpi" diprediksi akan menyusul kesuksesan film pendahulunya, bahkan lebih baik.
Setidaknya, penulis tetralogi novel Laskar Pelangi, Andrea Hirata, memiliki keyakinan seperti itu. "Setelah membaca naskah yang dibuat oleh Salman, Riri, dan Mira, saya yakin bahwa film ini akan lebih meledak daripada film pertama," kata Andrea, saat ditemui di sela-sela syukuran film "Sang Pemimpi" di Warung Solo, Jeruk Purut, Jakarta Selatan, Kamis (25/6) malam.
Hal itu didasarkan pada pemikiran Andrea, bahwa naskah "Sang Pemimpi" sudah memenuhi empat formula yang dibutuhkan oleh penonton film Indonesia. "Naskah ini memuat empat hal, nilai pendidikan, peran, dan figur seorang ayah, resolusi remaja di masa pubertas, dan pencarian jati diri," kata Andrea.
Untuk itu, ia meyakini bahwa "Sang Pemimpi" bahkan mampu membangunkan minat masyarakat yang sebelumnya tak tertarik menonton film Indonesia. "Ini juga akan menjadi momentum pemecah kebekuan agar semakin banyak orang yang menonton film Indonesia," ujarnya.
Di mata sang penulis, terdapat perbedaan mendasar antara naskah "Laskar Pelangi" dan "Sang Pemimpi". Novel kedua, menurut Andrea, memberikan ruang yang lebih besar dalam proses adaptasi. "Kalau pada buku pertama cenderung susah, karena ceritanya yang kaku, karakternya juga banyak. Untuk memikirkan keseimbangan itu saja sudah menjadi kesulitan tersendiri. Kalau di ’Sang Pemimpi’, karakternya lebih sedikit dan jalannya cerita lebih intens," kata Andrea.
Hal itu juga diakui oleh sutradara "Sang Pemimpi", Riri Riza. Menurut Riri yang sudah menggarap tujuh judul film ini, "Laskar Pelangi" lebih merupakan sebuah fondasi. Tim produksi harus memulai dari nol. "Sekarang fondasinya sudah siap, tinggal bikin cabang-cabangnya," ucap Riri.
Ia juga mengatakan bahwa "Sang Pemimpi" versi film nanti akan kuat pada kisah mengenai proses pencarian jati diri tiga tokoh sentral, yaitu Ikal, Arai, dan Jimbron. "Di situ juga letak kesulitannya, kita harus memunculkan konflik seperti pubertas, seksualitas, dalam film kedua ini. Berat buat saya membuat film ini masih bisa ditonton oleh pecinta ’Laskar Pelangi’, namun bisa setia pada kisah asli novel sehingga bisa bertutur dengan jujur," kata Riri. Namun, Riri mengaku tak terbebani kesuksesan "Laskar Pelangi". "Saya kan sudah bikin tujuh film, ada yang sukses dan ada yang enggak, jadi saya siap dengan hasil apa pun," ucapnya.
Deretan pemain menjadi satu hal yang cukup menarik dalam "Sang Pemimpi". Bahkan vokalis Peterpan, Ariel, juga akan memerankan tokoh Arai dalam "Sang Pemimpi". Arai sendiri, adalah saudara jauh Ikal, yang bersama Ikal memiliki mimpi meraih pendidikan setinggi mungkin. Arai adalah anak yang kreatif, dan sering kali membuat Ikal takjub dengan ide-idenya yang brilian.
"Ariel dipilih lewat proses casting, bukan karena dia populer. Lagipula kami juga susah melakukan casting ke beberapa aktor, dan kurang sreg, makanya beralih ke musisi," tutur produser "Sang Pemimpi", Mira Lesmana. Ucapan Mira tersebut, juga diperkuat Andrea.
"Pemilihan Ariel sebagai Arai itu sesuatu yang jenius. Di mata saya, dia punya masa depan dalam berakting. Dia punya wajah Melayu, dan kalau tidak salah dia juga orang Sumatra," ucap Andrea, menanggapi tentang dipilihnya Ariel sebagai karakter Arai.
Selain Ariel, musisi yang juga memperkuat deretan pemeran "Sang Pemimpi" adalah Nugie, yang berperan sebagai bapak Balia, guru Ikal dan Arai. Ada pula pemain "lama" yang kembali berakting untuk "Sang Pemimpi", yaitu Zulfani (sebagai Ikal kecil), Mathias Muchus (Ayah Ikal), Rieke Dyah Pitaloka (Ibu Ikal), dan Lukman Sardi (Ikal dewasa). Sementara itu, peran Ikal, Arai, dan Jimbron remaja akan dimainkan oleh pendatang baru asli Belitung yaitu Vikri Septiawan, Ahmad Syaifullah, dan Azwir Fitrianto.
Pembuka Jiffest 2009
"Sang Pemimpi" rencananya akan bertolak ke Belitung pada Senin (29/6), dan memulai proses shooting pada Rabu (1/7). Shooting dari film berbudget Rp 11 M ini dijadwalkan selesai pada 21 Agustus 2009, dilanjutkan dengan proses post-production di Jakarta dan Bangkok. Ada empat lokasi yang menjadi tempat shooting "Sang Pemimpi", yaitu Manggar (di Belitung Timur), Tanjung Pandan, Jakarta, dan Bogor. Film ini akan menghampiri penonton secara serentak pada 17 Desember mendatang.
Kendati belum melakukan proses shooting, "Sang Pemimpi" dipercaya menjadi film pembuka dalam Jakarta International Film Festival (Jiffest) 2009, yang akan digelar 4 Desember mendatang. Dengan demikian, "Sang Pemimpi" akan menjadi film Indonesia pertama yang menjadi film pembuka Jiffest selama sebelas tahun penyelenggaraannya.
"Itu salah satu isyarat bahwa tidak ada keraguan terhadap film ini terhadap kualitasnya. Selama penyelenggaraan Jiffest, kita memang banyak memutar film Indonesia, tetapi baru kali ini yang menjadi pembuka adalah film Indonesia,"
Sang Pemimpi membuat saya kembali bermimpi, setelah membaca novel tersebut secara tidak sadar saya tiba-tiba terinspirasi lalu coba berimajinasi dengan penuh ilusi, Mimpi-mimpi yang dulu mati kembali lagi. Tangan ini seperti tak sabar untuk menulis, dan jiwa ini tak henti untuk menanti sang mentari di pagi hari. Lalu kugoreskan lila sedikit tinta hitam di atas secarik kertas putih.
Jumat, 14 Januari 2011
Indahnya Bermimpi
“Indahnya bermimpi”
Disini aku menunggu
Setia menantimu, hingga akhir hidupku
Kuberharap kau menjadi milikku
Walau hanya dalam mimpi
Namun, bagiku berarti
Indahnya, berkhayal dan bermimpi
Ilusi dan imaji menembus batas dua dimensi
Saat ku tiba disana
Aku bagaikan seorang raja
Aku disanjung dan dipuja
Ku tenggelam dalam sebuah istana
Dan berharap tak kembali
0 komentar:
Posting Komentar